Capital Efficient Company (CEC) kita artikan saja dengan penggunaan capital (dana) yang minim untuk menciptakan pendapatan bisnis bagi jalannya operasional perusahaan.
Sebaliknya Capital Intensive Company (CIC) memerlukan pendaan yang selalu tinggi untuk pendirian hingga operasional perusahaan.
Untuk mengenalinya , tentu kita terlebih dahulu harus melihat Laporan Keuangan : Cashflow, Balance sheet, hingga income statement.
Mari kita lihat langsung contohnya.
Unilever (UNVR)
Dengan kepemilikan aset tetap (Tanah, bangunan, pabrik, dan perlengkapannya) + persediaan sekitar 12,5Triliun, perusahaan dapat mengenerate penjualan per tahun sebesar 40 Triliun (3,2x dari jumlah aset tetap+persediaan), dengan laba 6 Triliun per tahunnya.
Dan setiap tahun perusahaan mengeluarkan dana cash untuk kepentingan perolehan aset hanya 0,5 Triliun (1,25% dari penjualan).
Garuda Indonesia (GIAA)
Dengan kepemilikian aset tetap (mayoritas pesawat) sekitar 90Triliun, perusahaan dapat mengenerate penjualan hanya 19,5 Triliun (0,21x dari jumlah aset tetap), dengan laba (rugi) sebesar -60 Triliun.
Per tahun (2021) perusahaan harus mengeluarkan dana cash untuk kepentingan pemeliharaan pesawat atau beli pesawat sebesar 3,3 Triliun (17% dari penjualan).
Ini hanya data asumsi untuk tahun 2021. Untuk lebih detail, kita bisa melihat seperti apa struktur keuangan yang ada di perusahaan masing-masing.
Sudah Kelihatan kan bedanya dimana?
Setelah mengetahui kategori perusahaan masuk di CIC atau CEC, satu hal penting untuk keputusan investasi sudah kita ketahui.
Tetapi tentu saja, itu hanya salah satu penilaian, dibalik masih banyak lagi penilaian perusahaan sebelum kita memutuskan untuk menginvestasikan dana kita di perusahaan tersebut.