Salah satu bisnis yang cukup sulit adalah di bidang konstruksi. Ada beberapa alasan kenapa saya berpendapat demikian :

  1. Setiap jenis proyek mempunyai karakteristik yang berbeda-beda. Bahkan dalam tipe proyek yang sejenis. Contoh proyek jalan tol. Cara mengerjakan proyek jalan tol di Bandung, sangat berbeda dengan cara mengerjakan proyek jalan tol di palembang. Permasalahan yang dihadapi pun sangat berbeda, mulai dari kondisi geografis, teknis, hingga kondisi sosial.
  2. Keterkatian dengan industri yang lain sangat tinggi. Untuk kebutuhan perputaran ekonomi nasional, tentu proyek konstruksi sangat menggerakkan roda perekonomian, karena industri penopang yang sangat banyak (multiplier effect). Mulai dari baut, hingga semen dan besi beton, sangat berdampak pada bisnis ini. Namun bagaimana dengan perusahaan konstruksinya sendiri? Biasanya harga keseluruhan proyek menjadi bagian dari nilai kesepakatan (kontrak) dengan pemilik proyek. Sehingga menjadikan kontraktor sangat terdampak apabila volatilitas harga di pasar cukup tinggi.
  3. Persaingan yang cukup ketat di antara kontraktor lainnya, membuat margin keuntungan kontraktor menjadi kecil. Perusahaan swasta yang paling efisien sekalipun bahkan sangat sulit memperoleh net margin lebih dari 8%. Inovasi yang tidak terlalu signifikan, bisa jadi penyebab tingginya persaingan di bidang jasa ini.

Lalu seperti apa sebenarnya proses bisnis di bidang konstruksi ini? Berikut secara garis besar gambaran prosesnya.

Sebelum memulai proses konstruksi, kontraktor harus mengikuti tender yang diselenggarakan oleh pihak lain (owner). Dalam proses ini , faktor -faktor yang menentukan biasanya adalah : pengalaman, kecukupan modal (sebagai garansi kalau kontraktor cukup kuat), ketersediaan alat-alat berat, hingga keterkaitan pemilik dengan kontraktornya (kepercayaan).

Perusahaan yang baik, biasanya adalah perusahaan yang menerima proyek dengan cara penunjukan langsung dari owner, atau juga pesanan ulang (repeat order) dari pemilik. Sehingga kontraktor punya nilai tawar yang lebih, dibandingkan dengan mengikuti tender yang merupakan Red Ocean Competition.

Tentunya kontraktor yang punya track record yang baik, sangat digandrungi oleh pemilik proyek, meskipun terkadang harganya premium.

Setelah proses tender dimenangkan, maka kontraktor akan melakukan persiapan dengan mengecek kembali desain yang sudah diberikan (owner). Apakah memang layak dikerjakan atau akan ada perubahan-perubahan yang harus didiskusikan untuk dapat dieksekusi di lapangan.

Proses ini akan disandingkan dengan kegiatan pengadaan material-material utama yang sangat signifikan terhadap nilai proyek (biasanya material besi, beton, solar, dll). Kontraktor yang baik tentu sudah punya rekanan vendor yang biasanya dapat menekan harga untuk meningkatkan margin kontraktor.

Untuk mensiasatinya, biasanya dilakukan kontrak payung (kontrak berjangka dengan volume dan harga mengikat) agar tidak terdampak oleh volatilitas harga di pasar. Atau di kontrak dengan owner, bisa dilakukan penyesuaian harga mengikuti acuan BPS.

Kedua proses ini sangat signifikan terhadap keberjalanan dan keuntungan proyek nantinya. Karena dari awal harga-harga sudah bisa dikunci, sehingga pada saat proses konstruksinya, tinggal melakukan pengawasan dan improvement untuk memberikan nilai tambah yang berujung kepada keuntungan bagi kontraktor.

Proses selanjutnya adalah proses konstruksi . Dalam proses ini, yang sangat penting adalah tim proyek yang melakukan pengendalian dan pengawasan. Personel proyek yang berpengalaman lebih dibutuhkan untuk melakukan pengawasan. Karena produksi dari proyek ini tidak seperti pabrik yang bisa dikendalikan secara komputerisasi. Proses konstruksi melibatkan personel manusia, sehingga pengawasan dan pelaksanaan sangat tergantung pada pengalaman dan manajemen di lapangan.

Hal ini bisa menjadi salah satu kelemahan, dikarenakan belum tentu suatu perusahaan mempunyai tim ahli yang spesifik yang pernah mengerjakan proyek itu. Oleh karena itu, perusahaan yang baik di sektor ini adalah perusahaan yang memiliki tim proyek yang kuat dan sangat berpengalaman di bidangnya.

Berbeda dengan bisnis manufaktur yang sudah memiliki robot-robot dalam proses produksinya sehingga hasil produksi dan biaya bebannya cenderung dapat dihitung dengan presisi, bisnis konstruksi ini menurut pendapatku adalah bisnis yang cukup sulit untuk diprediksi karena variabel-variabel yang cukup banyak dengan ketidakpastian yang cukup tinggi.

close

Subscribe!

Dapatkan Postingan Terbaru Via Email !

Take a look at our Privacy Policy for more info.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *